Indahnya dunia dapat ku memandangnya
Syukur tlah kau beri penglihatanku ini
Walaupun terkadang dosa mengundang mata
Trus merasukiku untuk melupakan-Mu
Mengganti kaji ayat-Mu dengan dosa kesenangan sementara...
Ku memohon kepada-Mu jangan ambil penglihatanku
Hitam kelam hanya gelap yang akan bertandang
Untuk yang kesekian kali berikan kesempatan lagi
Masih ingin aku melihat kebesaran-Mu
Allah jangan ambil penglihatanku...
puisi:
ketika mata yang memandang dunia
mulai memudar buram menuju hitam,
siapkah kita menerima semua
karena gelap keabadian akan menyapa,
apakah kita akan lakukan yang terbaik
karena sebentar lagi cahaya tak lagi bicara,
hanya kenangan di kepala
tentang merah, biru, kuning yang tersisa
dan akhirnya semua terlupa
by : TAZAKKA
Senin, 11 Oktober 2010
Jumat, 02 Juli 2010
"Penghambaanku"
Samudra biru..
Bebas..
Lepas..
Luas..
Tak seperti penghambaanku
Yang masih terbatas
Seribu luka dosa yang makin menganganga
Takkan terobati dengan ribuan pahala yang cuma sebelanga
Kecuali…
Kecuali bila Engkau sudi ya Robb..
Robb..
Ampuni diri ini
Ampuni diri ini
Sampai sembuh kembali
Dibanyak malam aku berdoa
Karena diri ini trus merasa
Bagai tanah lumpur yang bernoda
Tiada bersih hanya penuh cela
Di banyak waktu aku tersadar
Hanya dosa dan dosa terhampar
Meski tetes air mata ku mengurai
Tak akan desah mampu terlerai
Ya Allah,
hanya Engkau yang bisa
Ampuni hamba tunjukkan cahaya
Ya Allah,
Engkau.. satu yang mampu
pertolonganMu selamatkan aku
Tiada daya aku tuk melangkah
bertemu denganMu pun aku tak kuasa
Tapi kepada siapa lagi ku memohon
selain kepadaMu
Kembali aku
Dibanyak hari aku mencoba
sebut Nama untuk mengingatkan
Agar tak mengulang salah-salah yang sama
salah yang selalu berakhir penyesalan
Memang penghambaanku belumlah sempurna
segala nilai ibadah masih terpatri duniawi
segala nilai yang malang masih terpatri pujian
ya Allah, tetapkan imanku untuk terus di jalanMu
Tiada daya aku tuk melangkah
bertemu denganMu pun aku tak kuasa
Tapi kepada siapa lagi ku memohon
selain kepadaMu
Tiada daya aku tuk melangkah
bertemu denganMu pun aku tak kuasa
Tapi kepada siapa lagi ku memohon
selain kepadaMu
kembali aku…
Aku adalah setitik buih ombak di lautan dunia
tuntun aku ya Robb
Agar sampai ke pantaiMu
untuk menghaturkan
segala penghambaanku yang kupersembahkan
hanya kepadaMu
(Penghambaanku – Star Five)
Bebas..
Lepas..
Luas..
Tak seperti penghambaanku
Yang masih terbatas
Seribu luka dosa yang makin menganganga
Takkan terobati dengan ribuan pahala yang cuma sebelanga
Kecuali…
Kecuali bila Engkau sudi ya Robb..
Robb..
Ampuni diri ini
Ampuni diri ini
Sampai sembuh kembali
Dibanyak malam aku berdoa
Karena diri ini trus merasa
Bagai tanah lumpur yang bernoda
Tiada bersih hanya penuh cela
Di banyak waktu aku tersadar
Hanya dosa dan dosa terhampar
Meski tetes air mata ku mengurai
Tak akan desah mampu terlerai
Ya Allah,
hanya Engkau yang bisa
Ampuni hamba tunjukkan cahaya
Ya Allah,
Engkau.. satu yang mampu
pertolonganMu selamatkan aku
Tiada daya aku tuk melangkah
bertemu denganMu pun aku tak kuasa
Tapi kepada siapa lagi ku memohon
selain kepadaMu
Kembali aku
Dibanyak hari aku mencoba
sebut Nama untuk mengingatkan
Agar tak mengulang salah-salah yang sama
salah yang selalu berakhir penyesalan
Memang penghambaanku belumlah sempurna
segala nilai ibadah masih terpatri duniawi
segala nilai yang malang masih terpatri pujian
ya Allah, tetapkan imanku untuk terus di jalanMu
Tiada daya aku tuk melangkah
bertemu denganMu pun aku tak kuasa
Tapi kepada siapa lagi ku memohon
selain kepadaMu
Tiada daya aku tuk melangkah
bertemu denganMu pun aku tak kuasa
Tapi kepada siapa lagi ku memohon
selain kepadaMu
kembali aku…
Aku adalah setitik buih ombak di lautan dunia
tuntun aku ya Robb
Agar sampai ke pantaiMu
untuk menghaturkan
segala penghambaanku yang kupersembahkan
hanya kepadaMu
(Penghambaanku – Star Five)
Kamis, 10 Juni 2010
Catatan Hamba Rindu Ka'bah: ALLAH HANYA MEMANGGIL KITA 3 KALI
Assalammu'alaikum....
Saling mengingatkan...itulah yang akan terus kita lakukan,karena manusia adalah tempatnya alfa dan khilaf. Semoga Saudaraku semua tidak pernah bosan bila dikirimi catatan yang isinya terus menerus mengingatkan hal-hal yg sering kita ketahui, kita lihat, baca dan dengar.............
Berharap semoga dengan saling ingat mengingatkan ini, Iman kita terus bertambah tiap waktu.... InsyaALLAH..... Amin
Renungkanlah.....
Saat itu, Dhuha, hari terakhir aku di Masjid Nabawi untuk menuju Mekah.... aku bertanya pada Ibu. Ibu adalah pemilik Maknah Tour Travel dimana saya bergabung untuk Umrah di bulan July 2007 yang lalu.
'Ibu, kataku, ada cerita apa yang menarik dari Umrah....? ( Maklum, ini pertama kali aku ber Umrah). Dan Ibu,memberikan Tausyiahnya. Kebetulan umrahku dimulai di Madinah selama 4 hari, baru ke Makah. Tujuannya adalah mendapatkan saat Malam Jumat di depan Kabah. Ibu berkata..." Allah hanya memanggil kita 3 kali saja seumur hidup"..
Keningku berkerut.... ...."Sedikit sekali Allah memanggil kita..?" Ibu tersenyum. "Iya... tahu tidak apa saja 3 panggilan itu..?"Saya menggelengkan kepala.
"PANGGILAN PERTAMA ADALAH ADZAN" ujar Ibu.
Itu adalah panggilan Allah yang pertama sebanyak 5 kali dalam sehari. Panggilan ini sangat jelas terdengar di telinga kita, sangat kuat terdengar. Ketika kita sholat, sesungguhnya kita menjawab panggilan Allah. Tetapi Allah masih fleksibel, Dia tidak "cepat marah" akan sikap kita yang terkadang terlambat untuk menjawab panggilanNYA, bahkan tidak sholat sama sekali karena malas.
Allah tidak marah seketika... Dia masih memberikan rahmatNya, masih memberikan kebahagiaan bagi umatNya, baik umatNya itu menjawab panggilan Adzan-Nya atau tidak. Allah hanya akan membalas umatNya ketika hari Kiamat nanti.Saya terpekur.... . .mata saya berkaca-kaca.
Terbayang saya masih melambatkan sholat karena meeting lah, mengajar lah, dan berbagai alasan yang lain. Masya Allah.......
Terlintas seketika...Apa yang akan kita lakukan ketika ada seorang yang kita segani menelpon kita ? Respon apakah yang akan kita berikan ketika tiba-tibaseorang yang kita cintai memanggil kita ? Beranikah kita tidak menghadiri sebuah undangan yang diberikan oleh Presiden Direktur kita ? Atau bagaimana perasaan kita ketika Presiden SBY mengundang kita di Istana Negara ? kita semua pasti tau jawabannya. Lalu bagaimana perasaan hati kita, respon kita, ketika yang mengundang atau yang memanggil adalah Dzat yang sangat menyayangi kita, Dzat Yang Memberi kita segala-galanya, Dzat Yang Menggerakkan persendian tulang belulang kita, Yang Mengalirkan darah kita, Yang Menghembuskan nafas kita, Yang Membuka mata dan pendengaran kita ? akankah kita berpura-pura tidak mendengar karena padatnya aktifitas kita ? akankah kita bermalas-malasan karena secara materi
kelihatannya tidak menguntungkan ???
5 kali sehari Allah Dzat yang wajib kita Cintai dan Kita Agungkan mengundang dan memangil-manggil kita untuk hadir di RumahNYA dengan ribuan Malaikat yang akan menyambut kedatangan kita dengan do’a yang tak pernah henti, Allah menunggu keluh kita, menunggu curhat kita, dan menunggu segala do’a dan permintaan kita karena di TanganNYA telah ada kekayaan,kebahagiaan, jalan keluar dan Kasih Sayang yang akan diberikan kepada kita,akankah kita biarkan sepi Rumah-Rumah Allah SWT yang telah kita bangun dengan kokoh dan megah ???
5 kali sehari ALLAH mengundang kita, dan hanya membutuhkan waktu 10 menit saja untuk kita memenuhi undanganNYA. Hanya 10 menit x 5 waktu = 50 menit saja dari 24 jam atau 1440 menit dari yang sudah ALLAH beri ke kita HambaNYA. MasyaALLAH......
Begitu banyak Hadits yang menjelaskan mengenai Sholat, antara lain :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (Al-Munafiqun: 9).
Adapun Maksud mengingat Allah dalam ayat ini adalah salat lima waktu. Maka, barang siapa disibukkan oleh harta perniagaannya, kehidupan dunianya, sawah ladangnya, dan anak-anaknya dari mengerjakan salat pada waktunya, maka ia termasuk orang-orang yang merugi."
Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Amal yang pertama kali dihisab padahari kiamat dari seorang hamba adalah salatnya. Jika salatnya baik maka telah sukses dan beruntunglah ia, sebaliknya, jika rusak, sungguh telah gagal dan merugilah ia." (HR Tirmizi dan yang lain dari Abu Hurairah. Ia berkata, "Hasan Gharib.")
"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan 'Laa
ilaaha illallah' (Tiada yang berhak diibadahi selain Allah) dan mengerjakan salat serta membayar zakat. Jika mereka telah memenuhinya, maka darah dan hartanya aku lindungi kecuali dengan haknya. Adapun hisabnya maka itu kepada Allah." (HR Bukhari dan Muslim).
Sebagian ulama berkata, "Bahwasanya orang yang meninggalkan salat dikumpulkan dengan empat orang itu karena ia telah menyibukkan diri dengan harta, kekuasaan, pangkat/jabatan, dan perniagaannya dari salat. Jika ia disibukkan dengan hartanya, ia akan dikumpulkan bersama Qarun. Jika ia disibukkan dengan kekuasaannya, ia akan dikumpulkan dengan Firaun. Jika ia disibukkan dengan pangkat/jabatan, ia akan dikumpulkan bersama Haman. Dan, jika ia disibukkan dengan perniagaannya akan dikumpulkan bersama Ubay bin Khalaf, seorang pedagang yang kafir di Mekah saat itu."
Mu'adz bin Jabal meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa meninggalkan salat wajib dengan sengaja, telah lepas darinya jaminan dari Allah
Azza wa Jalla." (HR Ahmad).
Umar bin Khattab berkata, "Sesungguhnya tidak ada tempat dalam Islam bagi yang menyia-nyiakan salat."Umar bin Khattab meriwayatkan, telah datang seseorang kepada Rasulullah saw. dan bertanya, "Wahai Rasulullah, amal dalam Islam apakah yang paling dicintai oleh Allah Taala?" Beliau menjawab, "Salat pada waktunya. Barang siapa meninggalkannya, sungguh ia tidak lagi memiliki agama lagi, dan salat itu tiangnya agama."
“Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’ (dalam keadaan berjamaah).” (Al Baqoroh: 43).Rosululloh telah bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku yang ada di tangan-Nya, ingin kiranya aku memerintahkan orang-orang untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan mereka untuk menegakkan sholat yang telah dikumandangkan adzannya, lalu aku memerintahkan salah seorang untuk menjadi imam, lalu aku menuju orang-orang yang tidak mengikuti sholat jama’ah, kemudian aku bakar rumah-rumah mereka.” (HR. Bukhori)
Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang buta dan berkata, “Ya Rasulullah, tidak ada orang yang menuntunku ke masjid. Rasulullah SAW berkata untuk memberikan keringanan untuknya. Ketika sudah berlalu, Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam memanggilnya dan bertanya, "Apakah kamu dengar adzan shalat?". "Ya", jawabnya. "Datangilah", kata Rasulullah. (HR Muslim 1/452)
Sahabat besar Ibnu Mas’ud rodhiyallohu’anhu berkata tentang orang-orang yang tidak hadir dalam sholat jama’ah: “Telah kami saksikan (pada zaman kami), bahwa tidak ada orang yang meninggalkan sholat berjama’ah kecuali orang munafik yang telah diketahui kemunafikannya atau orang yang sakit”.
Saling mengingatkan...itulah yang akan terus kita lakukan,karena manusia adalah tempatnya alfa dan khilaf. Semoga Saudaraku semua tidak pernah bosan bila dikirimi catatan yang isinya terus menerus mengingatkan hal-hal yg sering kita ketahui, kita lihat, baca dan dengar.............
Berharap semoga dengan saling ingat mengingatkan ini, Iman kita terus bertambah tiap waktu.... InsyaALLAH..... Amin
Renungkanlah.....
Saat itu, Dhuha, hari terakhir aku di Masjid Nabawi untuk menuju Mekah.... aku bertanya pada Ibu. Ibu adalah pemilik Maknah Tour Travel dimana saya bergabung untuk Umrah di bulan July 2007 yang lalu.
'Ibu, kataku, ada cerita apa yang menarik dari Umrah....? ( Maklum, ini pertama kali aku ber Umrah). Dan Ibu,memberikan Tausyiahnya. Kebetulan umrahku dimulai di Madinah selama 4 hari, baru ke Makah. Tujuannya adalah mendapatkan saat Malam Jumat di depan Kabah. Ibu berkata..." Allah hanya memanggil kita 3 kali saja seumur hidup"..
Keningku berkerut.... ...."Sedikit sekali Allah memanggil kita..?" Ibu tersenyum. "Iya... tahu tidak apa saja 3 panggilan itu..?"Saya menggelengkan kepala.
"PANGGILAN PERTAMA ADALAH ADZAN" ujar Ibu.
Itu adalah panggilan Allah yang pertama sebanyak 5 kali dalam sehari. Panggilan ini sangat jelas terdengar di telinga kita, sangat kuat terdengar. Ketika kita sholat, sesungguhnya kita menjawab panggilan Allah. Tetapi Allah masih fleksibel, Dia tidak "cepat marah" akan sikap kita yang terkadang terlambat untuk menjawab panggilanNYA, bahkan tidak sholat sama sekali karena malas.
Allah tidak marah seketika... Dia masih memberikan rahmatNya, masih memberikan kebahagiaan bagi umatNya, baik umatNya itu menjawab panggilan Adzan-Nya atau tidak. Allah hanya akan membalas umatNya ketika hari Kiamat nanti.Saya terpekur.... . .mata saya berkaca-kaca.
Terbayang saya masih melambatkan sholat karena meeting lah, mengajar lah, dan berbagai alasan yang lain. Masya Allah.......
Terlintas seketika...Apa yang akan kita lakukan ketika ada seorang yang kita segani menelpon kita ? Respon apakah yang akan kita berikan ketika tiba-tibaseorang yang kita cintai memanggil kita ? Beranikah kita tidak menghadiri sebuah undangan yang diberikan oleh Presiden Direktur kita ? Atau bagaimana perasaan kita ketika Presiden SBY mengundang kita di Istana Negara ? kita semua pasti tau jawabannya. Lalu bagaimana perasaan hati kita, respon kita, ketika yang mengundang atau yang memanggil adalah Dzat yang sangat menyayangi kita, Dzat Yang Memberi kita segala-galanya, Dzat Yang Menggerakkan persendian tulang belulang kita, Yang Mengalirkan darah kita, Yang Menghembuskan nafas kita, Yang Membuka mata dan pendengaran kita ? akankah kita berpura-pura tidak mendengar karena padatnya aktifitas kita ? akankah kita bermalas-malasan karena secara materi
kelihatannya tidak menguntungkan ???
5 kali sehari Allah Dzat yang wajib kita Cintai dan Kita Agungkan mengundang dan memangil-manggil kita untuk hadir di RumahNYA dengan ribuan Malaikat yang akan menyambut kedatangan kita dengan do’a yang tak pernah henti, Allah menunggu keluh kita, menunggu curhat kita, dan menunggu segala do’a dan permintaan kita karena di TanganNYA telah ada kekayaan,kebahagiaan, jalan keluar dan Kasih Sayang yang akan diberikan kepada kita,akankah kita biarkan sepi Rumah-Rumah Allah SWT yang telah kita bangun dengan kokoh dan megah ???
5 kali sehari ALLAH mengundang kita, dan hanya membutuhkan waktu 10 menit saja untuk kita memenuhi undanganNYA. Hanya 10 menit x 5 waktu = 50 menit saja dari 24 jam atau 1440 menit dari yang sudah ALLAH beri ke kita HambaNYA. MasyaALLAH......
Begitu banyak Hadits yang menjelaskan mengenai Sholat, antara lain :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (Al-Munafiqun: 9).
Adapun Maksud mengingat Allah dalam ayat ini adalah salat lima waktu. Maka, barang siapa disibukkan oleh harta perniagaannya, kehidupan dunianya, sawah ladangnya, dan anak-anaknya dari mengerjakan salat pada waktunya, maka ia termasuk orang-orang yang merugi."
Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Amal yang pertama kali dihisab padahari kiamat dari seorang hamba adalah salatnya. Jika salatnya baik maka telah sukses dan beruntunglah ia, sebaliknya, jika rusak, sungguh telah gagal dan merugilah ia." (HR Tirmizi dan yang lain dari Abu Hurairah. Ia berkata, "Hasan Gharib.")
"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan 'Laa
ilaaha illallah' (Tiada yang berhak diibadahi selain Allah) dan mengerjakan salat serta membayar zakat. Jika mereka telah memenuhinya, maka darah dan hartanya aku lindungi kecuali dengan haknya. Adapun hisabnya maka itu kepada Allah." (HR Bukhari dan Muslim).
Sebagian ulama berkata, "Bahwasanya orang yang meninggalkan salat dikumpulkan dengan empat orang itu karena ia telah menyibukkan diri dengan harta, kekuasaan, pangkat/jabatan, dan perniagaannya dari salat. Jika ia disibukkan dengan hartanya, ia akan dikumpulkan bersama Qarun. Jika ia disibukkan dengan kekuasaannya, ia akan dikumpulkan dengan Firaun. Jika ia disibukkan dengan pangkat/jabatan, ia akan dikumpulkan bersama Haman. Dan, jika ia disibukkan dengan perniagaannya akan dikumpulkan bersama Ubay bin Khalaf, seorang pedagang yang kafir di Mekah saat itu."
Mu'adz bin Jabal meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa meninggalkan salat wajib dengan sengaja, telah lepas darinya jaminan dari Allah
Azza wa Jalla." (HR Ahmad).
Umar bin Khattab berkata, "Sesungguhnya tidak ada tempat dalam Islam bagi yang menyia-nyiakan salat."Umar bin Khattab meriwayatkan, telah datang seseorang kepada Rasulullah saw. dan bertanya, "Wahai Rasulullah, amal dalam Islam apakah yang paling dicintai oleh Allah Taala?" Beliau menjawab, "Salat pada waktunya. Barang siapa meninggalkannya, sungguh ia tidak lagi memiliki agama lagi, dan salat itu tiangnya agama."
“Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’ (dalam keadaan berjamaah).” (Al Baqoroh: 43).Rosululloh telah bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku yang ada di tangan-Nya, ingin kiranya aku memerintahkan orang-orang untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan mereka untuk menegakkan sholat yang telah dikumandangkan adzannya, lalu aku memerintahkan salah seorang untuk menjadi imam, lalu aku menuju orang-orang yang tidak mengikuti sholat jama’ah, kemudian aku bakar rumah-rumah mereka.” (HR. Bukhori)
Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang buta dan berkata, “Ya Rasulullah, tidak ada orang yang menuntunku ke masjid. Rasulullah SAW berkata untuk memberikan keringanan untuknya. Ketika sudah berlalu, Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam memanggilnya dan bertanya, "Apakah kamu dengar adzan shalat?". "Ya", jawabnya. "Datangilah", kata Rasulullah. (HR Muslim 1/452)
Sahabat besar Ibnu Mas’ud rodhiyallohu’anhu berkata tentang orang-orang yang tidak hadir dalam sholat jama’ah: “Telah kami saksikan (pada zaman kami), bahwa tidak ada orang yang meninggalkan sholat berjama’ah kecuali orang munafik yang telah diketahui kemunafikannya atau orang yang sakit”.
"'PANGGILAN YANG KEDUA ADALAH UMROH/HAJI" ujar Ibu
Panggilan ini bersifat halus. Allah memanggil hamba-hambaNya dengan panggilan yang halus dan sifatnya "bergiliran" . Hamba yang satu mendapatkan kesempatan yang berbeda dengan hamba yang lain.Jalannya pun bermacam-macam. Yang tidak punya uang menjadi punya uang, yang tidak merencanakan, ternyata akan pergi, ada yang memang merencanakan dan terkabul.
Ketika kita mengambil niat Haji / Umrah, berpakaian Ihram dan melafazkan 'Labaik Allahuma Labaik/ Umrotan', sesungguhnya kita saat itu menjawab panggilan Allah yang ke dua.
Saat itu kita merasa bahagia, karena panggilan Allah sudah kita jawab, meskipun panggilan itu halus sekali, karena Allah memerintahkan kita melaksanakan Haji / Umrah bagi yang mampu'.
Mata saya semakin berkaca-kaca. .........Subhanallah..... .Alhamdulillah saya datang menjawab panggilan Allah lebih cepat dari yang saya rancangkan................
Lantas apa panggilan yang ketiga...?
"PANGGILAN YANG KETIGA ADALAH MAUT/KEMATIAN" ujar Ibu
Panggilan yang kita jawab dengan amal kita.Pada kebanyakan kasus, Allah tidak memberikan tanda tanda secara langsung, dan kita tidak mampu menjawab dengan lisan dan gerakan. Kita hanya menjawabnya dengan amal sholeh. Karena itu manfaatkan waktumu sebaik-baiknya.... Jawablah 3 panggilan Allah dengan hatimu dan sikap yang Khusnul Khotimah...........Insya Allah syurga adalah balasannya.. ...'
Mata saya basah di dalam Masjid Nabawi , saya sujud bertaubat pada Allah....Karena kelalaian saya dalam menjawab panggilanNya......Kala itu hati saya makin yakin akan kebesaranNya, kasih sayangNya dan dengan semangat menyala-nyala, saya mengenakan baju Ihram dan berniat.....Aku menjawab panggilan UmrahMu, ya Allah, Tuhan Semesta Alam........
Senin, 07 Juni 2010
Do’a Untuk Orang Tua
Bismillah..
ألسـلام عليكم ورحمة الله وبركات
Ya Allah,
Rendahkanlah suaraku bagi mereka,
Perindahlah ucapanku di depan mereka.
Lunakkanlah watakku terhadap mereka dan
Lembutkanlah hatiku untuk mereka.
Ya Allah,
Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya
Atas didikan mereka padaku dan
Pahala yang besar
Atas kesayangan yang mereka limpahkan padaku,
Peliharalah mereka
Sebagaimana mereka memeliharaku.
Ya Allah,
Apa saja gangguan yang telah mereka rasakan,
atau kesusahan yang mereka derita karena aku,
atau hilangnya sesuatu hak mereka karena perbuatanku,
jadikanlah itu semua
Penyebab rontoknya dosa-dosa mereka,
Meningginya kedudukan mereka dan
Bertambahnya pahala kebaikan mereka dengan perkenan-Mu, ya Allah
sebab hanya Engkaulah
yang berhak membalas kejahatan dengan kebaikan berlipat ganda.
Ya Allah,
Bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelumku,
Izinkanlah mereka memberi syafa'at untukku.
Tetapi jika magfirah-Mu lebih dahulu mencapai diriku,
Maka izinkahlah aku memberi syafa'at untuk mereka,
sehingga kami semua berkumpul
Bersama dengan santunan-Mu
di tempat kediaman yang dinaungi kemulian-Mu, ampunan-Mu serta
rahmat-Mu.
Sesungguhnya Engkaulah
yang memiliki Karunia Maha Agung,
serta anugerah yang tak berakhir dan
Engkaulah yang Maha Pengasih Diantara semua pengasih.
****
Mari kita kenang dosa kepada orang tua kita.
Siapa tahu hidup kita dirundung nestapa karena kedurhakaan kita.
Karena kita sudah menghisap darahnya, tenaganya, airmatanya, keringatnya.
Istighfar, istighfarlah
Barangsiapa yang matanya pernah sinis melihat orangtuanya.
Atau kata-katanya sering mengiris melukai hatinya, atau yang jarang memperdulikan dan mendoakannya.
Percayalah bahwa anak yang durhaka siksanya didahulukan didunia ini.
Istighfar yang pernah mendholimi ibu bapaknya.
Astaghfirullahal Adhiim
Astaghfirullahal Adhiim
mohon maaf apabila terdapat kekurangan/kesalahan, karena dangkalnya pengetahuan dalam mendalami Islam sebagai agama yang dicintai. Semua hanya berpulang kepada niat baik dan didasari hati yang ikhlas, tulus, serta niat ingin berbagi.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Semoga Bermanfaat.
Amiin...Ya Robbal Alamiin
وألسـلام عليكم ورحمة الله وبركات
ألسـلام عليكم ورحمة الله وبركات
Ya Allah,
Rendahkanlah suaraku bagi mereka,
Perindahlah ucapanku di depan mereka.
Lunakkanlah watakku terhadap mereka dan
Lembutkanlah hatiku untuk mereka.
Ya Allah,
Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya
Atas didikan mereka padaku dan
Pahala yang besar
Atas kesayangan yang mereka limpahkan padaku,
Peliharalah mereka
Sebagaimana mereka memeliharaku.
Ya Allah,
Apa saja gangguan yang telah mereka rasakan,
atau kesusahan yang mereka derita karena aku,
atau hilangnya sesuatu hak mereka karena perbuatanku,
jadikanlah itu semua
Penyebab rontoknya dosa-dosa mereka,
Meningginya kedudukan mereka dan
Bertambahnya pahala kebaikan mereka dengan perkenan-Mu, ya Allah
sebab hanya Engkaulah
yang berhak membalas kejahatan dengan kebaikan berlipat ganda.
Ya Allah,
Bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelumku,
Izinkanlah mereka memberi syafa'at untukku.
Tetapi jika magfirah-Mu lebih dahulu mencapai diriku,
Maka izinkahlah aku memberi syafa'at untuk mereka,
sehingga kami semua berkumpul
Bersama dengan santunan-Mu
di tempat kediaman yang dinaungi kemulian-Mu, ampunan-Mu serta
rahmat-Mu.
Sesungguhnya Engkaulah
yang memiliki Karunia Maha Agung,
serta anugerah yang tak berakhir dan
Engkaulah yang Maha Pengasih Diantara semua pengasih.
****
Mari kita kenang dosa kepada orang tua kita.
Siapa tahu hidup kita dirundung nestapa karena kedurhakaan kita.
Karena kita sudah menghisap darahnya, tenaganya, airmatanya, keringatnya.
Istighfar, istighfarlah
Barangsiapa yang matanya pernah sinis melihat orangtuanya.
Atau kata-katanya sering mengiris melukai hatinya, atau yang jarang memperdulikan dan mendoakannya.
Percayalah bahwa anak yang durhaka siksanya didahulukan didunia ini.
Istighfar yang pernah mendholimi ibu bapaknya.
Astaghfirullahal Adhiim
Astaghfirullahal Adhiim
mohon maaf apabila terdapat kekurangan/kesalahan, karena dangkalnya pengetahuan dalam mendalami Islam sebagai agama yang dicintai. Semua hanya berpulang kepada niat baik dan didasari hati yang ikhlas, tulus, serta niat ingin berbagi.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Semoga Bermanfaat.
Amiin...Ya Robbal Alamiin
وألسـلام عليكم ورحمة الله وبركات
Saudariku, Berjilbablah Sesuai Ajaran Nabimu!
Islam adalah ajaran yang sangat sempurna, sampai-sampai cara berpakaian pun dibimbing oleh Alloh Dzat yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi diri kita. Bisa jadi sesuatu yang kita sukai, baik itu berupa model pakaian atau perhiasan pada hakikatnya justru jelek menurut Alloh. Alloh berfirman, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu adalah baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal sebenarnya itu buruk bagimu, Alloh lah yang Maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al Baqoroh: 216). Oleh karenanya marilah kita ikuti bimbingan-Nya dalam segala perkara termasuk mengenai cara berpakaian.
Perintah dari Atas Langit
Alloh Ta’ala memerintahkan kepada kaum muslimah untuk berjilbab sesuai syari’at. Alloh berfirman, “Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu serta para wanita kaum beriman agar mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka mudah dikenal dan tidak diganggu orang. Alloh Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Al Ahzab: 59)
Ketentuan Jilbab Menurut Syari’at
Berikut ini beberapa ketentuan jilbab syar’i ketika seorang muslimah berada di luar rumah atau berhadapan dengan laki-laki yang bukan mahrom (bukan ‘muhrim’, karena muhrim berarti orang yang berihrom) yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah yang shohihah dengan contoh penyimpangannya, semoga Alloh memudahkan kita untuk memahami kebenaran dan mengamalkannya serta memudahkan kita untuk meninggalkan busana yang melanggar ketentuan Robbul ‘alamiin.
Pertama
Pakaian muslimah itu harus menutup seluruh badannya kecuali wajah dan kedua telapak tangan (lihat Al Ahzab: 59 dan An Nuur: 31). Selain keduanya seperti leher dan lain-lain, maka tidak boleh ditampakkan walaupun cuma sebesar uang logam, apalagi malah buka-bukaan. Bahkan sebagian ulama mewajibkan untuk ditutupi seluruhnya tanpa kecuali-red.
Kedua
Bukan busana perhiasan yang justru menarik perhatian seperti yang banyak dihiasi dengan gambar bunga apalagi yang warna-warni, atau disertai gambar makhluk bernyawa, apalagi gambarnya lambang partai politik!!!; ini bahkan bisa menimbulkan perpecahan diantara sesama muslimin. Sadarlah wahai kaum muslimin…
Ketiga
Harus longgar, tidak ketat, tidak tipis dan tidak sempit yang mengakibatkan lekuk-lekuk tubuhnya tampak atau transparan. Cermatilah, dari sini kita bisa menilai apakah jilbab gaul yang tipis dan ketat yang banyak dikenakan para mahasiswi maupun ibu-ibu di sekitar kita dan bahkan para artis itu sesuai syari’at atau tidak.
Keempat
Tidak diberi wangi-wangian atau parfum karena dapat memancing syahwat lelaki yang mencium keharumannya. Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang wanita diantara kalian hendak ke masjid, maka janganlah sekali-kali dia memakai wewangian.” (HR. Muslim). Kalau pergi ke masjid saja dilarang memakai wewangian lalu bagaimana lagi para wanita yang pergi ke kampus-kampus, ke pasar-pasar bahkan berdesak-desakkan dalam bis kota dengan parfum yang menusuk hidung?! Wallohul musta’an.
Kelima
Tidak menyerupai pakaian laki-laki seperti memakai celana panjang, kaos oblong dan semacamnya. Rosululloh melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki (HR. Bukhori)
Keenam
Tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir. Nabi senantiasa memerintahkan kita untuk menyelisihi mereka diantaranya dalam masalah pakaian yang menjadi ciri mereka.
Ketujuh
Bukan untuk mencari popularitas. Untuk apa kalian mencari popularitas wahai saudariku? Apakah kalian ingin terjerumus ke dalam neraka hanya demi popularitas semu. Lihatlah isteri Nabi yang cantik Ibunda ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha yang dengan patuh menutup dirinya dengan jilbab syar’i, bukankah kecerdasannya amat masyhur di kalangan ummat ini?
Wallahu a'lam...
(Disarikan oleh Abu Mushlih dari Jilbab Wanita Muslimah karya Syaikh Al Albani)
dr Note facebook brother Muhammad Bakr, sangat bermanfaat ^__^
Perintah dari Atas Langit
Alloh Ta’ala memerintahkan kepada kaum muslimah untuk berjilbab sesuai syari’at. Alloh berfirman, “Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu serta para wanita kaum beriman agar mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka mudah dikenal dan tidak diganggu orang. Alloh Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Al Ahzab: 59)
Ketentuan Jilbab Menurut Syari’at
Berikut ini beberapa ketentuan jilbab syar’i ketika seorang muslimah berada di luar rumah atau berhadapan dengan laki-laki yang bukan mahrom (bukan ‘muhrim’, karena muhrim berarti orang yang berihrom) yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah yang shohihah dengan contoh penyimpangannya, semoga Alloh memudahkan kita untuk memahami kebenaran dan mengamalkannya serta memudahkan kita untuk meninggalkan busana yang melanggar ketentuan Robbul ‘alamiin.
Pertama
Pakaian muslimah itu harus menutup seluruh badannya kecuali wajah dan kedua telapak tangan (lihat Al Ahzab: 59 dan An Nuur: 31). Selain keduanya seperti leher dan lain-lain, maka tidak boleh ditampakkan walaupun cuma sebesar uang logam, apalagi malah buka-bukaan. Bahkan sebagian ulama mewajibkan untuk ditutupi seluruhnya tanpa kecuali-red.
Kedua
Bukan busana perhiasan yang justru menarik perhatian seperti yang banyak dihiasi dengan gambar bunga apalagi yang warna-warni, atau disertai gambar makhluk bernyawa, apalagi gambarnya lambang partai politik!!!; ini bahkan bisa menimbulkan perpecahan diantara sesama muslimin. Sadarlah wahai kaum muslimin…
Ketiga
Harus longgar, tidak ketat, tidak tipis dan tidak sempit yang mengakibatkan lekuk-lekuk tubuhnya tampak atau transparan. Cermatilah, dari sini kita bisa menilai apakah jilbab gaul yang tipis dan ketat yang banyak dikenakan para mahasiswi maupun ibu-ibu di sekitar kita dan bahkan para artis itu sesuai syari’at atau tidak.
Keempat
Tidak diberi wangi-wangian atau parfum karena dapat memancing syahwat lelaki yang mencium keharumannya. Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang wanita diantara kalian hendak ke masjid, maka janganlah sekali-kali dia memakai wewangian.” (HR. Muslim). Kalau pergi ke masjid saja dilarang memakai wewangian lalu bagaimana lagi para wanita yang pergi ke kampus-kampus, ke pasar-pasar bahkan berdesak-desakkan dalam bis kota dengan parfum yang menusuk hidung?! Wallohul musta’an.
Kelima
Tidak menyerupai pakaian laki-laki seperti memakai celana panjang, kaos oblong dan semacamnya. Rosululloh melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki (HR. Bukhori)
Keenam
Tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir. Nabi senantiasa memerintahkan kita untuk menyelisihi mereka diantaranya dalam masalah pakaian yang menjadi ciri mereka.
Ketujuh
Bukan untuk mencari popularitas. Untuk apa kalian mencari popularitas wahai saudariku? Apakah kalian ingin terjerumus ke dalam neraka hanya demi popularitas semu. Lihatlah isteri Nabi yang cantik Ibunda ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha yang dengan patuh menutup dirinya dengan jilbab syar’i, bukankah kecerdasannya amat masyhur di kalangan ummat ini?
Wallahu a'lam...
(Disarikan oleh Abu Mushlih dari Jilbab Wanita Muslimah karya Syaikh Al Albani)
dr Note facebook brother Muhammad Bakr, sangat bermanfaat ^__^
Sabtu, 05 Juni 2010
♥ UNTUKMU SYUHADA ♥
Kehidupan bagaikan roda
beribu zaman terus berputar
namun satu tak akan pudar
cahaya Allah tetap membahana
Majulah sahabat mulia
berpisah bukan akhir segalanya
lepas jiwa terbang mengangkasa
cita kita tetap satu jua
cita kita tetap satu jua
Walau raga meregang nyawa
Harta dunia tiada tersisa
Namun jiwa tetaplah satria
Takkan surut satu langkah jua
Debu - debu dan darah suci
Saksi nan tak terbantahkan lagi
Gunung lembah hutan dan samudra
Untuk Allah diatas segalanya
Tujuh awan bersuka ria
Sambut ruh suci menuju Rabbnya
Sahabat nantikan hadir kami
Kan menyusulmu sekejap lagi
Bidadari nan bermata jeli
Menyongsong dengan wajah berseri
Sahabat kami rela kau pergi
Jihad kita kan terus bersemi
Jalan ini takkan pernah henti
by: Izzatul Islam
Hancurkan runtuhkan segala kekuatan musuh
Janganlah menyerah Alloh kan slalu bersamamu
Derap langkah para mujahid seolah menggetarkan bumi
Membangkitkan takbir Illahi ke seluruh pelosok negri
Kami ini takkan pernah gentar melihat para serdadu musuh
Walaupun kami hanya berbekal .... serta batu-batu
Wahai muslimin di penjuru dunia mari kita bersatu padu
Satukan hati kuatkan barisan untuk capai semua kemenangan
♥ seruan jeehad fi sabilillah ♥
beribu zaman terus berputar
namun satu tak akan pudar
cahaya Allah tetap membahana
Majulah sahabat mulia
berpisah bukan akhir segalanya
lepas jiwa terbang mengangkasa
cita kita tetap satu jua
cita kita tetap satu jua
Walau raga meregang nyawa
Harta dunia tiada tersisa
Namun jiwa tetaplah satria
Takkan surut satu langkah jua
Debu - debu dan darah suci
Saksi nan tak terbantahkan lagi
Gunung lembah hutan dan samudra
Untuk Allah diatas segalanya
Tujuh awan bersuka ria
Sambut ruh suci menuju Rabbnya
Sahabat nantikan hadir kami
Kan menyusulmu sekejap lagi
Bidadari nan bermata jeli
Menyongsong dengan wajah berseri
Sahabat kami rela kau pergi
Jihad kita kan terus bersemi
Jalan ini takkan pernah henti
by: Izzatul Islam
Hancurkan runtuhkan segala kekuatan musuh
Janganlah menyerah Alloh kan slalu bersamamu
Derap langkah para mujahid seolah menggetarkan bumi
Membangkitkan takbir Illahi ke seluruh pelosok negri
Kami ini takkan pernah gentar melihat para serdadu musuh
Walaupun kami hanya berbekal .... serta batu-batu
Wahai muslimin di penjuru dunia mari kita bersatu padu
Satukan hati kuatkan barisan untuk capai semua kemenangan
♥ seruan jeehad fi sabilillah ♥
`Bersegera Menuju Kebaikan`
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa (Ali Imran: 133)
Di dalam Al-Qur’an, Allah selalu menggunakan bahasa yang menggugah agar manusia jangan berlambat-lambat melainkan bersegera menuju kebaikan. Kata wa saari’uu pada ayat di atas adalah salah satu contoh. Dalam surat Al-Baqarah: 148 ada contoh yang lain lagi, Allah berfirman: fastabiqul khairaat (maka berlombalah kalian dalam kebaikan). Antara kata wa saari’uu dan fastabiquu sekalipun intinya sama, yaitu bersegera dan bergegas menuju suatu tujuan, tetapi masing-masing mempunyai makna khusus: Dalam kata wa saari’uu yang ditekankan adalah kesegeraan bergerak, tanpa sedikit pun ragu, dan tanpa bertele-tele memikirkan sesuatu di luar itu, sehingga membuatnya tidak maksimal. Begitu ada panggilan shalat misalnya, ia segera bangkit meninggalkan segala pekerjaan apapun pentingnya pekerjaan itu, karena ia tahu bahwa tidak ada pekerjaan yang lebih penting dari pada shalat. Adapun kata fastabiquu lebih kepada perintah berlomba jangan sampai keduluan yang lain. Di sini terkesan ada banyak orang yang masing-masing bergerak cepat dan bersegera untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu contoh, ketika menggambarkan bagaimana Nabi Yusuf as. dan wanita yang menggodanya sama berlomba menuju pintu Allah berfirman, “Wastabaqaal baab (dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu) (Yusuf: 25). Dalam perlombaan ada tenaga ekstra yang digunakan, segala kemampuan dikerahkan sehingga cita-cita yang diinginkan bisa diraih.
Selain istilah wa saa ri’uu dan fastabquu dalam surat Al-Hadid ayat 21 Allah menggunakan istilah saabiquu, ini pengertiannya lebih dahsyat lagi. Sebab dalam kata saabiquu terkandung makna bukan hanya bersegera atau berlomba, melainkan lebih dari itu kalahkan yang lain. Dalam hal ini seorang hamba tidak hanya diajak untuk sekadar bekerja keras, melainkan juga berkualitas. Sebab jika hanya bersegera dan berlomba tetapi tidak bisa mengalahkan yang lain secara kualitas, usaha tersebut bisa dikatakan tidak efektif. Simaklah firman Allah mengenai makna saabiquu tersebut, “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”.
Penting untuk dicatat bahwa Al-Qur’an telah begitu dalam menggugah agar umat Islam tidak menjadi umat yang berleha-leha. Melainkan umat pionir dalam segala kebaikan. Tidak ada rumus istirahat dalam Al-Qur’an, maka begitu seseorang mengaku sebagai hamba Allah di saat yang sama segera bergerak melakukan segala kebaikan yang tak terhingga luasnya: dari sejak bangun tidur sampai tidur kembali, dan dari urusan masuk kamar mandi sampai urusan kenegaraan. Semua dalam Islam ada aturannya, yang jika itu semua diikuti dengan niat ketaatan kepada Allah, akan menjadi potensi kebaikan yang luar biasa pahalanya.
Lebih jauh, mengapa Allah menggunakan istilah yang begitu menekankan keharusan untuk bersegera dalam kebaikan? Pertama, bahwa melakukan dan menyebarkan kebaikan (al-khairaat) adalah tugas pokok setiap insan. Tanpa kebaikan Allah manusia di muka bumi ini bisa dipastikan telah musnah sejak ratusan tahun yang silam. Dalam surat Abasa 80/20 Allah berfirman, “Tsummas sabiila yassarah” (Kemudian Dia memudahkan jalannya). Maksudnya Allah permudah segala yang menjadi kebutuhan manusia baik secara fisik maupun secara rohani. Dari segi kebutuhan fisik Allah turunkan hujan dari langit dan pancarkan air dari bumi dengannya manusia, Allah tumbuhkan pohonan yang berbuah dengannya manusia bisa makan dan lain sebagainya. Adapun dari segi kebutuhan rohani Allah utus nabi-nabi yang mengajarkan al kitab, lalu kepada nabi terakhir Muhammad saw. Allah turunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia. Maka tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak berbuat baik. Kedua, bahwa usia manusia terbatas, dan tidak ada seorang pun tahu kapan ia akan meninggal dunia. Allah berfirman, “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya” (Al-A’raaf: 34). Karena itu seorang hamba hendaknya segera melakukan kebaikan. Jika tidak, ia akan menjadi orang yang paling sengsara tidak hanya di dunia melainkan lebih dari itu di akhirat.
Pada ayat di atas Allah berfirman, “wa saari’uu ilaa maghfiratin mirrabbikum” lalu dalam surat Al hadid: saabiquu ilaa maghfiratin mirrabbikum sementara dalam surat Al-Baqarah, “fastabiqul khairaat.” Apa beda antara maghfirah (ampunan) dan al khiraat (kebaikan)? Imam An-Nawawi dalam bukunya Riyadhus Shaalihiin h.58-61 menyebutkan beberapa hadits untuk menerangkan makna bergegas meraih ampunan dan melakukan kebaikan:
Pertama, dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Bersegeralah kamu sekalian untuk melakukan amal-amal yang shalih, karena akan terjadi suatu bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita dimana ada seseorang pada waktu pagi ia beriman tapi pada waktu sore ia kafir, pada waktu sore ia beriman tapi pada waktu pagi ia kafir, ia rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia. (H.R. Muslim)
Kedua, dari Abu Sirwa’ah ‘Ukbah bin Al-Harist ra. Berkata, “Saya shalat Ashar di belakang Nabi saw. di Madinah setelah salam beliau terus cepat-cepat bangkit melangkahi leher barisan para sahabat menuju kamar salah satu istrinya. Para sahabat terkejut atas ketergesaannya itu kemudian beliau keluar dan melihat para sahabat terkejut atas ketergesaannya itu beliau bersabda, “Aku ingat sepotong emas dan aku tidak ingin terganggu karenanya maka aku menyuruh untuk membagikannya.” (H.R. Bukhari)
Ketiga, dari Jabir ra. mengatakan bahwa pada perang Uhud ada seseorang bertanya kepada Nabi saw, “Apakah tuan tahu, seandainya saya terbunuh maka di manakah tempat saya? Beliau menjawab, “Si dalam surga. Kemudian orang itu melemparkan biji-biji korma yang ada di tangannya lantas maju perang sehingga ia mati terbunuh. (H.R. Bukhari-Muslim)
Keempat, dari Abu Hurairah ra. mengatakan bahwa ada seseorang datang kepada Nabi saw. dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya? Beliau menjawab, “Yaitu kamu sedekah sedangkan kamu masih sehat, suka harta, takut miskin dan masih ingin kaya. Dan janganlah kamu menunda-nunda sehingga bila nyawa sudah sampai di tenggorokan (sekarat) maka kamu baru berkata: untuk fulan sekian dan untuk fulan sekian, padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli waris) (H.R. Bukhari dan Muslim).
Kelima, dari Anas ra. bahwasanya Rasulullah saw. pada perang Uhud mengambil pedang seraya bersabda: siapakah yang mau menerima pedang ini? Maka setiap orang mengulurkan tangannya sambil berkata: saya, saya. Beliau bersabda lagi, “Siapa yang mau mengambilnya dengan penuh tanggung jawab? Maka semua orang terdiam, kemudian Abu Dujanah ra. berkata: saya akan menerimanya dengan penuh tanggung jawab. Maka pedang itu diberikan kepada Abu Dujanah kemudian ia mempergunakannya untuk memenggal leher orang-orang musyrik. (H.R. Muslim)
Keenam, dari Zubair bin ‘Adi berkata: kami datang kepada Anas ra. dan mengadukan masalah penderitaan yang kami hadapi atas kekejaman Al-Hajjaj, kemudian Anas menjawab: sabarlah kamu sekalian, sesungguhnya nanti akan datang suatu masa dimana penderitaan lebih berat lagi, sehingga kamu sekalian bertemu dengan Tuhanmu (mati), saya mendengar itu dari Nabi saw. (H.R. Bukhari)
Ketujuh, dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Bersegeralah kamu sekalian untuk beramal sebelum datangnya tujuh hal: apakah yang kamu nantikan kecuali kemiskinan yang dapat melupakan, kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan, sakit yang dapat mengendorkan, tua renta yang dapat melemahkan, mati yang dapat menyudahkan segalanya atau menunggu datangnya Dajjal padahal ia sejelek-jelek yang ditunggu, atau menunggu datangnya hari kiamat padahal kiamat adalah suatu yang sangat berat dan menakutkan. (H.R. Tirmidzi)
Kedelapan, dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Saya akan benar-benar menyerahkan panji ini kepada seseorang yang mencintai Allah dan rasul-Nya, dimana Allah akan mengaruniakan kemenangan kepadanya. Umar ra berkata, “Saya tidak ingin memegang pimpinan kecuali pada hari ini, maka saya menunjukkan diri dengan harapan dipanggil oleh Nabi saw. untuk memimpinnya. Tetapi Rasulullah memanggil Ali bin Abu Thalib dan menyerahkan panji itu kepadanya seraya bersabda, “Majulah ke depan dan janganlah kamu menoleh ke belakang sebelum Allah memberi kemenangan kepadamu. Kemudian Ali melangkah beberapa langkah lantas berhenti tetapi tidak menoleh ke belakang dan berteriak: wahai Rasulullah, kepada siapakah saya harus berperang?” Beliau menjawab, “Perangilah mereka sehingga mereka menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah. apabila mereka telah menyaksikan yang demikian itu maka kamu tidak boleh lagi memerangi mereka baik darah maupun harta bendanya kecuali dengan haknya, adapun masalah perhitungan mereka adalah terserah Allah. (H.R. Muslim)
Di dalam Al-Qur’an, Allah selalu menggunakan bahasa yang menggugah agar manusia jangan berlambat-lambat melainkan bersegera menuju kebaikan. Kata wa saari’uu pada ayat di atas adalah salah satu contoh. Dalam surat Al-Baqarah: 148 ada contoh yang lain lagi, Allah berfirman: fastabiqul khairaat (maka berlombalah kalian dalam kebaikan). Antara kata wa saari’uu dan fastabiquu sekalipun intinya sama, yaitu bersegera dan bergegas menuju suatu tujuan, tetapi masing-masing mempunyai makna khusus: Dalam kata wa saari’uu yang ditekankan adalah kesegeraan bergerak, tanpa sedikit pun ragu, dan tanpa bertele-tele memikirkan sesuatu di luar itu, sehingga membuatnya tidak maksimal. Begitu ada panggilan shalat misalnya, ia segera bangkit meninggalkan segala pekerjaan apapun pentingnya pekerjaan itu, karena ia tahu bahwa tidak ada pekerjaan yang lebih penting dari pada shalat. Adapun kata fastabiquu lebih kepada perintah berlomba jangan sampai keduluan yang lain. Di sini terkesan ada banyak orang yang masing-masing bergerak cepat dan bersegera untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu contoh, ketika menggambarkan bagaimana Nabi Yusuf as. dan wanita yang menggodanya sama berlomba menuju pintu Allah berfirman, “Wastabaqaal baab (dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu) (Yusuf: 25). Dalam perlombaan ada tenaga ekstra yang digunakan, segala kemampuan dikerahkan sehingga cita-cita yang diinginkan bisa diraih.
Selain istilah wa saa ri’uu dan fastabquu dalam surat Al-Hadid ayat 21 Allah menggunakan istilah saabiquu, ini pengertiannya lebih dahsyat lagi. Sebab dalam kata saabiquu terkandung makna bukan hanya bersegera atau berlomba, melainkan lebih dari itu kalahkan yang lain. Dalam hal ini seorang hamba tidak hanya diajak untuk sekadar bekerja keras, melainkan juga berkualitas. Sebab jika hanya bersegera dan berlomba tetapi tidak bisa mengalahkan yang lain secara kualitas, usaha tersebut bisa dikatakan tidak efektif. Simaklah firman Allah mengenai makna saabiquu tersebut, “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”.
Penting untuk dicatat bahwa Al-Qur’an telah begitu dalam menggugah agar umat Islam tidak menjadi umat yang berleha-leha. Melainkan umat pionir dalam segala kebaikan. Tidak ada rumus istirahat dalam Al-Qur’an, maka begitu seseorang mengaku sebagai hamba Allah di saat yang sama segera bergerak melakukan segala kebaikan yang tak terhingga luasnya: dari sejak bangun tidur sampai tidur kembali, dan dari urusan masuk kamar mandi sampai urusan kenegaraan. Semua dalam Islam ada aturannya, yang jika itu semua diikuti dengan niat ketaatan kepada Allah, akan menjadi potensi kebaikan yang luar biasa pahalanya.
Lebih jauh, mengapa Allah menggunakan istilah yang begitu menekankan keharusan untuk bersegera dalam kebaikan? Pertama, bahwa melakukan dan menyebarkan kebaikan (al-khairaat) adalah tugas pokok setiap insan. Tanpa kebaikan Allah manusia di muka bumi ini bisa dipastikan telah musnah sejak ratusan tahun yang silam. Dalam surat Abasa 80/20 Allah berfirman, “Tsummas sabiila yassarah” (Kemudian Dia memudahkan jalannya). Maksudnya Allah permudah segala yang menjadi kebutuhan manusia baik secara fisik maupun secara rohani. Dari segi kebutuhan fisik Allah turunkan hujan dari langit dan pancarkan air dari bumi dengannya manusia, Allah tumbuhkan pohonan yang berbuah dengannya manusia bisa makan dan lain sebagainya. Adapun dari segi kebutuhan rohani Allah utus nabi-nabi yang mengajarkan al kitab, lalu kepada nabi terakhir Muhammad saw. Allah turunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia. Maka tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak berbuat baik. Kedua, bahwa usia manusia terbatas, dan tidak ada seorang pun tahu kapan ia akan meninggal dunia. Allah berfirman, “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya” (Al-A’raaf: 34). Karena itu seorang hamba hendaknya segera melakukan kebaikan. Jika tidak, ia akan menjadi orang yang paling sengsara tidak hanya di dunia melainkan lebih dari itu di akhirat.
Pada ayat di atas Allah berfirman, “wa saari’uu ilaa maghfiratin mirrabbikum” lalu dalam surat Al hadid: saabiquu ilaa maghfiratin mirrabbikum sementara dalam surat Al-Baqarah, “fastabiqul khairaat.” Apa beda antara maghfirah (ampunan) dan al khiraat (kebaikan)? Imam An-Nawawi dalam bukunya Riyadhus Shaalihiin h.58-61 menyebutkan beberapa hadits untuk menerangkan makna bergegas meraih ampunan dan melakukan kebaikan:
Pertama, dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Bersegeralah kamu sekalian untuk melakukan amal-amal yang shalih, karena akan terjadi suatu bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita dimana ada seseorang pada waktu pagi ia beriman tapi pada waktu sore ia kafir, pada waktu sore ia beriman tapi pada waktu pagi ia kafir, ia rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia. (H.R. Muslim)
Kedua, dari Abu Sirwa’ah ‘Ukbah bin Al-Harist ra. Berkata, “Saya shalat Ashar di belakang Nabi saw. di Madinah setelah salam beliau terus cepat-cepat bangkit melangkahi leher barisan para sahabat menuju kamar salah satu istrinya. Para sahabat terkejut atas ketergesaannya itu kemudian beliau keluar dan melihat para sahabat terkejut atas ketergesaannya itu beliau bersabda, “Aku ingat sepotong emas dan aku tidak ingin terganggu karenanya maka aku menyuruh untuk membagikannya.” (H.R. Bukhari)
Ketiga, dari Jabir ra. mengatakan bahwa pada perang Uhud ada seseorang bertanya kepada Nabi saw, “Apakah tuan tahu, seandainya saya terbunuh maka di manakah tempat saya? Beliau menjawab, “Si dalam surga. Kemudian orang itu melemparkan biji-biji korma yang ada di tangannya lantas maju perang sehingga ia mati terbunuh. (H.R. Bukhari-Muslim)
Keempat, dari Abu Hurairah ra. mengatakan bahwa ada seseorang datang kepada Nabi saw. dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya? Beliau menjawab, “Yaitu kamu sedekah sedangkan kamu masih sehat, suka harta, takut miskin dan masih ingin kaya. Dan janganlah kamu menunda-nunda sehingga bila nyawa sudah sampai di tenggorokan (sekarat) maka kamu baru berkata: untuk fulan sekian dan untuk fulan sekian, padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli waris) (H.R. Bukhari dan Muslim).
Kelima, dari Anas ra. bahwasanya Rasulullah saw. pada perang Uhud mengambil pedang seraya bersabda: siapakah yang mau menerima pedang ini? Maka setiap orang mengulurkan tangannya sambil berkata: saya, saya. Beliau bersabda lagi, “Siapa yang mau mengambilnya dengan penuh tanggung jawab? Maka semua orang terdiam, kemudian Abu Dujanah ra. berkata: saya akan menerimanya dengan penuh tanggung jawab. Maka pedang itu diberikan kepada Abu Dujanah kemudian ia mempergunakannya untuk memenggal leher orang-orang musyrik. (H.R. Muslim)
Keenam, dari Zubair bin ‘Adi berkata: kami datang kepada Anas ra. dan mengadukan masalah penderitaan yang kami hadapi atas kekejaman Al-Hajjaj, kemudian Anas menjawab: sabarlah kamu sekalian, sesungguhnya nanti akan datang suatu masa dimana penderitaan lebih berat lagi, sehingga kamu sekalian bertemu dengan Tuhanmu (mati), saya mendengar itu dari Nabi saw. (H.R. Bukhari)
Ketujuh, dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Bersegeralah kamu sekalian untuk beramal sebelum datangnya tujuh hal: apakah yang kamu nantikan kecuali kemiskinan yang dapat melupakan, kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan, sakit yang dapat mengendorkan, tua renta yang dapat melemahkan, mati yang dapat menyudahkan segalanya atau menunggu datangnya Dajjal padahal ia sejelek-jelek yang ditunggu, atau menunggu datangnya hari kiamat padahal kiamat adalah suatu yang sangat berat dan menakutkan. (H.R. Tirmidzi)
Kedelapan, dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Saya akan benar-benar menyerahkan panji ini kepada seseorang yang mencintai Allah dan rasul-Nya, dimana Allah akan mengaruniakan kemenangan kepadanya. Umar ra berkata, “Saya tidak ingin memegang pimpinan kecuali pada hari ini, maka saya menunjukkan diri dengan harapan dipanggil oleh Nabi saw. untuk memimpinnya. Tetapi Rasulullah memanggil Ali bin Abu Thalib dan menyerahkan panji itu kepadanya seraya bersabda, “Majulah ke depan dan janganlah kamu menoleh ke belakang sebelum Allah memberi kemenangan kepadamu. Kemudian Ali melangkah beberapa langkah lantas berhenti tetapi tidak menoleh ke belakang dan berteriak: wahai Rasulullah, kepada siapakah saya harus berperang?” Beliau menjawab, “Perangilah mereka sehingga mereka menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah. apabila mereka telah menyaksikan yang demikian itu maka kamu tidak boleh lagi memerangi mereka baik darah maupun harta bendanya kecuali dengan haknya, adapun masalah perhitungan mereka adalah terserah Allah. (H.R. Muslim)
Sabtu, 30 Januari 2010
For You Ikhwah Fillah
Manakah yang lebih dahulu???? Dengar or taat dahulu????
Tidak akan ada ketaatan jika seseorang tidak mau mendengar. Itulah mengapa mendengar didahulukan sebelum taat. Dalam sebuah jamaah kita harus mampu memaknai ketaatan itu sendiri. Dalam mendengar pun harus dipastikan sumber berita atau sumber perintahnya. Komunikasi yang jernih dan lancar sangat dibutuhkan dalam sebuah jamaah agar yang mendengar mampu melaksanakannya dengan tepat.
Hal yang paling penting yang saya garis bawahi agar muncul ketaatan dalam sebuah jamaah adalah TSIQAH. Saya rasa tidak akan muncul ketaatan sebelum adanya Tsiqah. Apa makna dari tsiqah itu sendiri……
Jika selama ini kita mengartikan tsiqah hanya sebatas percaya. Maka di sini saya akan coba agar kita tidak hanya memaknainya sebatas itu. Tsiqah adalah kepercayaan dan puasnya seorang kader dakwah dakwah terhadap jamaah dan pemimpinnya, dengan kepuasan yang mendalam itu ada rasa cinta, penghargaan, penghormatan hingga lahirlah sebuah ketaatan.Taat harus selalu kita lakukan baik di saat kita merasa senang dan bersemangat dengan perintah tersebut maupun di saat kita enggan dan malas dengan perintah itu.
OK, kita beralih sejenak dari kata tsiqah. Sebelum terlalu jauh melangkah saya ingin kita semua tahu bahwa jelas suatu jamaah yang akan mencapai tujuannya harus memiliki manhaj, pimpinan dan anggota. Disini saya tidak akan mengulas manhaj karena saya yakin kita semua sudah faham dengan manhaj kita. Saya akan sedikit berbagi tentang pimpinan dan anggota. Kedua hal ini saling berkaitan. Jamaah tidak mungkin ada, tanpa adanya kepemimpinan ( Qiyadah ). Tidak ada artinya qidayah tanpa adanya hak didengar dan ditaati para anggota jamaah. Keharmonisan suatu jamaah tidak akan terwujud tanpa adanya ikatan dan komitmen yang wajib ditaati dan dilaksanakan. Dari berbagai buku yang sering kita lahap, senantiasa kita temui yang menjadi landasan utama dalam hidup ini adalah pemahaman. Bahkan seorang mujahid Imam Syahid Al Banna pun menggariskan Pemahaman sebagai salah satu rukun bai’at. Tidak terpenuhi salah satu saja dari rukun bai’at akan menyebabkan penyimpangan individu dan jamaah. Saya yakin jika pemahaman kita sudah cukup terpenuhi maka tidak akan muncul friksi-friksi dalam jamaah. ORANG-ORANG LANGIT dan RAKYAT JELATA….. Atau apalah namanya…. Seringkali kita temui para penyokong dakwah atau bahkan kita sendiri yang membuat adanya friksi-friksi itu. Dalam dakwah ini tidak ada yang namanya tingkatan, kasta, dan sejenisnya. Wajar jika dalam sebuah jamaah ada ORANG-ORANG LANGIT dan RAKYAT JELATA (maaf kita pakai bahasa ini aja). Kalau semuanya mau jadi ORANG-ORANG LANGIT siapa yang jadi RAKYAT nya. Dalam sebuah pemerintahan pun kita mempunyai fungsi sebagai Rakyat, Bukan????? Kenapa dalam sebuah organisasi seringkali masih kita pertanyakan dan agak sedikit contra dengan hal itu. Tidak sembarang meletakkan seseorang menjadi bagian dari ORANG-ORANG LANGIT. Ada berbagai macam pertimbangan tentunya melalui jalur Syuro. Jangan kita kira mereka welcome dan membuka tangan lebar-lebar ketika MS(Majelis Syuro) menetapkan mereka sebagai ORANG-ORANG LANGIT. Tugas, amanah mereka berat sekali dan itu semua akan menjadi tanggung jawab besar mereka di hadapan Sang Pencipta. Kita sebagai rakyat jelata hendaklah merapikan, menjaga dan melindungi shaf ini. Menghindari setiap kata atau tindakan yang dapat menimbulkan perpecahan. Back to up………..
Dengan pertolongan Allah dakwah ini akan tetap berjalan dengan baik, dengan kita maupun tanpa kita. Kita tidak perlu bersedih ketika memang kita ditempatkan sebagai teknisi. Allah tidak menilai dibagian apa kita berkontribusi tapi Allah menilai proses dan hasil, apa yang kita berikan untuk dakwah ini. Meskipun terkadang ketetapan jamaah itu tidak sesuai dengan pendapat pribadi kita. Perlu diingat kembali landasan kita Syuro, jika sudah menjadi keputusan syuro’ maka itu mesti kita laksanakan. Keputusan Jamaah lebih baik dari keputusan infirodi. Rasullullah pun dalam suatu perang (lupa perang apa namanya) lebih mengutamakan hasil syuro daripada keputusan pribadinya meskipun sebenarnya keputusan beliau itu benar. That’s Right, so kita para pengemban jalan dakwah mari kita sama-sama luruskan niat kembali. Jangan sampai ada disorientasi dalam dakwah ini. Saatnya kita Sami’na wa tho’na, mendengar dan taat bukan mendengar, analisis, dan tinggalkan.
Untuk para pengusung dakwah……..
“Kalau Anda tidak bersama dakwah, maka Anda tidak akan bersama dengan selainnya, sedang dakwah kalaupun tidak dengan Anda, ia akan bersama dengan selain Anda, jika Anda berpaling, maka Allah pasti akan mengganti Anda dengan generasi baru yang tidak seperti Anda.”
Hanya sedikit goresan tinta sederhana, saya hanya ingin kita sama-sama meluruskan niat kita dalam dakwah ini. Balasan Allah sangat besar dan pasti untuk para pengemban dakwah, jangan sampai niat itu sedikitpun terkotori. Saya juga berharap frame ORANG-ORANG LANGIT dan RAKYAT JELATA dalam benak kita tidak menjadi penghalang bagi kita untuk senantiasa berkontribusi dalam dakwah ini. Jangan pernah ada dalam pikiran kita Toh,,,,,,,, ada Orang-orang Langit juga. Astaghfirullah……….
Dakwah milik kita bersama, tiap diri kita ada hak untuk ummat ini….
Afwan Minkum and Wallahualam bi shawwab….
Tidak akan ada ketaatan jika seseorang tidak mau mendengar. Itulah mengapa mendengar didahulukan sebelum taat. Dalam sebuah jamaah kita harus mampu memaknai ketaatan itu sendiri. Dalam mendengar pun harus dipastikan sumber berita atau sumber perintahnya. Komunikasi yang jernih dan lancar sangat dibutuhkan dalam sebuah jamaah agar yang mendengar mampu melaksanakannya dengan tepat.
Hal yang paling penting yang saya garis bawahi agar muncul ketaatan dalam sebuah jamaah adalah TSIQAH. Saya rasa tidak akan muncul ketaatan sebelum adanya Tsiqah. Apa makna dari tsiqah itu sendiri……
Jika selama ini kita mengartikan tsiqah hanya sebatas percaya. Maka di sini saya akan coba agar kita tidak hanya memaknainya sebatas itu. Tsiqah adalah kepercayaan dan puasnya seorang kader dakwah dakwah terhadap jamaah dan pemimpinnya, dengan kepuasan yang mendalam itu ada rasa cinta, penghargaan, penghormatan hingga lahirlah sebuah ketaatan.Taat harus selalu kita lakukan baik di saat kita merasa senang dan bersemangat dengan perintah tersebut maupun di saat kita enggan dan malas dengan perintah itu.
OK, kita beralih sejenak dari kata tsiqah. Sebelum terlalu jauh melangkah saya ingin kita semua tahu bahwa jelas suatu jamaah yang akan mencapai tujuannya harus memiliki manhaj, pimpinan dan anggota. Disini saya tidak akan mengulas manhaj karena saya yakin kita semua sudah faham dengan manhaj kita. Saya akan sedikit berbagi tentang pimpinan dan anggota. Kedua hal ini saling berkaitan. Jamaah tidak mungkin ada, tanpa adanya kepemimpinan ( Qiyadah ). Tidak ada artinya qidayah tanpa adanya hak didengar dan ditaati para anggota jamaah. Keharmonisan suatu jamaah tidak akan terwujud tanpa adanya ikatan dan komitmen yang wajib ditaati dan dilaksanakan. Dari berbagai buku yang sering kita lahap, senantiasa kita temui yang menjadi landasan utama dalam hidup ini adalah pemahaman. Bahkan seorang mujahid Imam Syahid Al Banna pun menggariskan Pemahaman sebagai salah satu rukun bai’at. Tidak terpenuhi salah satu saja dari rukun bai’at akan menyebabkan penyimpangan individu dan jamaah. Saya yakin jika pemahaman kita sudah cukup terpenuhi maka tidak akan muncul friksi-friksi dalam jamaah. ORANG-ORANG LANGIT dan RAKYAT JELATA….. Atau apalah namanya…. Seringkali kita temui para penyokong dakwah atau bahkan kita sendiri yang membuat adanya friksi-friksi itu. Dalam dakwah ini tidak ada yang namanya tingkatan, kasta, dan sejenisnya. Wajar jika dalam sebuah jamaah ada ORANG-ORANG LANGIT dan RAKYAT JELATA (maaf kita pakai bahasa ini aja). Kalau semuanya mau jadi ORANG-ORANG LANGIT siapa yang jadi RAKYAT nya. Dalam sebuah pemerintahan pun kita mempunyai fungsi sebagai Rakyat, Bukan????? Kenapa dalam sebuah organisasi seringkali masih kita pertanyakan dan agak sedikit contra dengan hal itu. Tidak sembarang meletakkan seseorang menjadi bagian dari ORANG-ORANG LANGIT. Ada berbagai macam pertimbangan tentunya melalui jalur Syuro. Jangan kita kira mereka welcome dan membuka tangan lebar-lebar ketika MS(Majelis Syuro) menetapkan mereka sebagai ORANG-ORANG LANGIT. Tugas, amanah mereka berat sekali dan itu semua akan menjadi tanggung jawab besar mereka di hadapan Sang Pencipta. Kita sebagai rakyat jelata hendaklah merapikan, menjaga dan melindungi shaf ini. Menghindari setiap kata atau tindakan yang dapat menimbulkan perpecahan. Back to up………..
Dengan pertolongan Allah dakwah ini akan tetap berjalan dengan baik, dengan kita maupun tanpa kita. Kita tidak perlu bersedih ketika memang kita ditempatkan sebagai teknisi. Allah tidak menilai dibagian apa kita berkontribusi tapi Allah menilai proses dan hasil, apa yang kita berikan untuk dakwah ini. Meskipun terkadang ketetapan jamaah itu tidak sesuai dengan pendapat pribadi kita. Perlu diingat kembali landasan kita Syuro, jika sudah menjadi keputusan syuro’ maka itu mesti kita laksanakan. Keputusan Jamaah lebih baik dari keputusan infirodi. Rasullullah pun dalam suatu perang (lupa perang apa namanya) lebih mengutamakan hasil syuro daripada keputusan pribadinya meskipun sebenarnya keputusan beliau itu benar. That’s Right, so kita para pengemban jalan dakwah mari kita sama-sama luruskan niat kembali. Jangan sampai ada disorientasi dalam dakwah ini. Saatnya kita Sami’na wa tho’na, mendengar dan taat bukan mendengar, analisis, dan tinggalkan.
Untuk para pengusung dakwah……..
“Kalau Anda tidak bersama dakwah, maka Anda tidak akan bersama dengan selainnya, sedang dakwah kalaupun tidak dengan Anda, ia akan bersama dengan selain Anda, jika Anda berpaling, maka Allah pasti akan mengganti Anda dengan generasi baru yang tidak seperti Anda.”
Hanya sedikit goresan tinta sederhana, saya hanya ingin kita sama-sama meluruskan niat kita dalam dakwah ini. Balasan Allah sangat besar dan pasti untuk para pengemban dakwah, jangan sampai niat itu sedikitpun terkotori. Saya juga berharap frame ORANG-ORANG LANGIT dan RAKYAT JELATA dalam benak kita tidak menjadi penghalang bagi kita untuk senantiasa berkontribusi dalam dakwah ini. Jangan pernah ada dalam pikiran kita Toh,,,,,,,, ada Orang-orang Langit juga. Astaghfirullah……….
Dakwah milik kita bersama, tiap diri kita ada hak untuk ummat ini….
Afwan Minkum and Wallahualam bi shawwab….
Inspirasi Teman
Melihat tawamu
Mendengar senandungmu
Terlihat jelas dimataku
Warna - warna indahmu
Menatap langkahmu
Meratapi kisah hidupmu
Terlukis jelas bahwa hatimu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki
Sifatmu nan s'lalu
Redakan ambisiku
Tepikan khilafku
Dari bunga yang layu
Saat kau disisiku
Kembali dunia ceria
Tegaskan bahwa kamu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki
Belai lembut jarimu
Sejuk tatap wajahmu
Hangat peluk janjimu
by: SOS
Langganan:
Postingan (Atom)